LAPORAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN SOLUSI PERBAIKAN DENGAN MEDIA BENDA KONKRIT MATAPELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SDN LANGENHARJO 01 PATI
LAPORAN
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN SOLUSI PERBAIKAN DENGAN MEDIA BENDA KONKRIT MATAPELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM DI SDN LANGENHARJO 01 PATI
Di susun oleh:
Muhammad Wahyu Mustofa
201333132
201333132
DosenPengampu :
Henry Suryo Bintoro, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami
haturkankehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
Laporan
Diagnosis Kesulitan Belajar
dan Solusi Perbaikan dengan media
benda kongkrit di SDN
Langenharjo 01 Pati. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi
kami berhasil menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami
sampaikan terimakasih kepada Bapak Henry Suryobintoro, M.Pd.,yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepadateman-teman mahasiswa yang juga sudah memberikontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam
menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untukitu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya laporan ini. Kami
berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca
padaumumnya.
Pati, 27 Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .................................................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
BAB II DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A. Pengertian
Diagnosis Kesulitan Belajar .............................................................. 3
B. Gejala
dan Ciri Kesulitan Belajar ........................................................................ 4
C. Tingkat
Jenis Kesulitan yang Dihadapi Siswa .................................................... 6
D. Penyebab
Timbulnya Kesulitan Belajar .............................................................. 7
E. Tujuan
Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar ................................ 8
F.
Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa
(MEDIA)................... 9
BAB III PELAKSANAAN
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A.
Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar .................................... 13
B.
Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar ............................................... 20
C.
Melokalisasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ............................................. 21
D.
Menetapkan Proses Pemecahan Kesulitan Belajar .......................................... 21
E.
Pelaksanaan Pemecahan Kesulitan Belajar ...................................................... 22
F.
Evaluasi dan Tindak Lanjut ............................................................................. 23
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan ...................................................................................................... 25
B.
Saran ................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan .ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya dalam pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluargasendiri.
Pada masa
sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.Hal
tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal
tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selai nitu,
siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar.Sedang
yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang
ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabka noleh factor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor
non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar, karena dalam rangka proses
pembelajaran tidak semua siswa mudah menerima dan merekam hasil dari suatu
proses pembelajaran. Kita sadar bawa bakat setiap individu berbeda satu yang
lainnya. Kemampuan untuk menangkap pelajaran juga berlainan, tingkat usahanya
pun juga berpariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang
berbeda juga akan berbeda untuk menguasai materi atau bahan yang sama.
Kualitas pengajaran turut menentukan
ketuntasan penguasaan bagi para siswa. Oleh karena itu, usaha untuk menertibkan
siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pengajaran
lebih konkret, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement)
akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa.
B.
Tujuan Penulisan
Hasil observasi yang telah dilakukan saat
praktek pengalaman lapangan, maka tujuan penulisan ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian tentang kesulitan belajar.
2.
Untuk
memahami gejala dan ciri kesulitan belajar.
3.
Untuk
mengetahui latar belakang timbulnya kesulitan belajar.
4.
Untuk
mengetahui tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar.
5. Untuk menjelaskan peningkatan perilaku
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media roda putar.
6. Untuk menjelaskan peningkatan perilaku
siswa dalam proses pembelajaran berlangsung dengan mengunakan media roda putar.
7. Untuk meningkatkan pemahaman dan
penguasaan siswa dalam materi kesehatan lingkungan dengan mengunakan media roda
putar.
BAB II
DIAGNOSIS
KESULITAN BELAJAR
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam
proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau
mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai
pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik.
Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah
diagnosis kesulitan belajar.
Dalam
pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami
terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar. Diagnosis
merupakan istilah teknis (terminologi) yang diadopsi dari bidang medis. Menurut
Thorndike dan Hagen, sebagaimana dikutip oleh Makmun (2009:307), diagnosis
dapat diartikan sebagai:
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau
penyakit (weaknees, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui
pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons).
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang
suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
yang esensial;
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan
suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul
pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnosis bukan
hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang
dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan
suatu upaya untuk meramalkan (predicting)
kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Setelah
dipahami pengertian diagnosis, selanjutnya mengenai kesulitan belajar.
Kesulitan belajar atau learning disability
yang biasa juga disebut dengan istilah learning disorder atau learning difficulty adalah suatu
kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan
belajar secara efektif (Jamaris, 2014).
Kesulitan
belajar yang didefenisikan oleh The
United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman
(2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu
atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ajaran atau tulisan.
Di
samping definisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning
Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar
menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk
kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran,
bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi
biologi. Jadi, kesulitan belajar
merupakan keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya
dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam memahami satu
atau lebih bidang studi sehingga mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan arti dari dua kata tersebut maka Muhibbin
Syah ( 2010: 174) menyatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar diartikan
sebagai upaya yang bertujuan untuk mengatur "jenis penyakit" yang
merupakan jenis kesulitan belajar siswa.
Selain
itu, Makmun (2002: 309) mengatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar sebagai
suatu proses upayauntuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang
kesulitankesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai
data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk
mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya
Maka
dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan
masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar
belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan
atau hambatan belajar yang nampak.
B.
Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar
a. Gejala Kesulitan Belajar.
Pada dasarnya bila
setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada
komponen – komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar –
mengajar sendiri. Berbagai variabel yang mempengaruhi proses belajar – mengajar
menurut loree (1970:121-133) terdiri atas:
1. Learning
Variables, Mencakup:
a. Learning Experience Variables, antara
lain mengenai Method Variables, menyangkut kuat lemahnya motivasi untuk
belajar, intensif – tidaknya bimbingan guru dan ada – tidaknya kesempatan untuk
praktikum.
b. Enviromental Variables, yang menyangkut
iklim belajar yang bergantung pada faktor tersedianya waktu yang cukup untuk
belajar dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai
c. Organismic
Variables, mencakup
Characteristic of the learners, antara lain tingkatan
inttelegensi, usia dan taraf kematangan, jenis kelamin dan kesiapan untuk
belajar. Mediating Processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta,
antara lain, intelegensi, persepsi, motivasi, takut, cemas dan tekanan batin
yang sebagainya turut berperan dalam proses berperilaku belajar.
2.
Response Variables. Jika dikelompokkan
berdasarkan tujuan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut.
a.
Tujuan kognitif , seperti pengetahuan, konsep
dan keterampilan pemecahan masalah.
b.
Tujuan afektif, seperti sikap , nilai, minat dan
apresiasi.
c.
Tujuan pola pola bertindak, antara lain ; 1.
Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, melukis, dsb. 2.
Kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi,
pertunjukan, dsb. 3. Kebiasaan, seperti kebiasaan hidup sehat, kejujuran,
kerapian, dsb.
Individu yang mengalami
kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
1. Hasil
belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
2. Hasil
belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya.
3. Hasil
belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4. Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan
pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
6. Menunjukkan
perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum
waktunya, dst.
7. Menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka
menyendiri, bertindak agresif, dst.
3. Ciri-Ciri.
Ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat dan sering didiagnosis
adalah:
1.
Gangguan perhatian pada anak – anak. Anak tidak
mampu memusatkan perhatiannya kepada sesuatu hal atau objek tertentu untuk
jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli menyebutkan perhatian anak pada
kelompok ini kurang dari 10 detik.
2.
Distrakbilitas, akibat kekurangan perhatian,
penderita mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan rangsang yang kurang
menonjol, yang dapat berupa distrikdistrikbilitas visual, auditoris, dan
internal.
3.
Impulsif, artinya cenderung bertindak tanpa
mempertimbangkan akibat tindakana itu mereka cenderung memberikan respon
pertama yang msuk dalam pikirannya dan lebih senang “cepat selesai” dalam
mengerjakan sesuatu dan tidak mengutamakan ketelitian.
4.
Kurang Ulet, penderita akan menunjukan sifat
kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjannya jarang ernah selesai, selain itu
juga akan mudah lelah sehingga berpikir lama kan mudah menguap, menggeliat,
biasanya jam tidur juga tidak berimbang, siang hari suka tidur dan pada malam
hari sering terbangun.
5.
Selalu Berubah, perhatian penderita akan sangat
bergantung pada motivasinya, pada motivasi yang tinggi fokus perhatian akan
lebih tajam, misalnya ; mengikuti acara televisi tertentu.
6.
Inkoordinasi, artinya sukar melakukan kegaiatn
motorik halus sehingga mengalami keslitan dalam menyalakan korek api,
bermasalah dengan resleting, dan lain – lain.
C. Tingkat Jenis Kesulitan yang Dihadapi Siswa
Kesulitan
belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, Djamarah (2008) mengelompokkan
menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar
a. Ada yang berat
b. Ada yang sedang
2. Dilihat dari mata pelajaran yang
dipelajari
a. Ada yang sebagian mata pelajaran
b. Ada yang sifatnya sementara
3. Dilihat dari kesulitannya
a. Ada yang sifatnya menetap
b. Ada yang sifatnya sementara
4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya
a. ada yang karena faktor intelegensi
b. ada yang karena faktor non-intelegensi
Berikut
ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk
(1990) sebagai berikut :
1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar anak
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala
anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi
intelektualnya.
3. Learning
Disfunction yaitu
kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat
berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental,
gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain.
4. Under
Achiever, adalah suatu
kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual
tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah.
Lambat Belajar (Slow Learner)
adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses
belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi
intelektual yang sama.
D. Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar
Prestasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal, dan eksternal. Penyebab pertama
kesulitan belajar (learning disabilities)
adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis:
sedangkan penyebab utama problematika belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain tanpa
strategi pembelajaran yang keliru, pengolahan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat, Abdurrohman (1999:51).
1. Faktor internal
Faktor
internal, adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, baik fisik
maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain
sebagainya. Aspek-aspek tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
tidaknya seorang dalam belajar, faktor jenis ini, berwujud juga sebagai
kebutuhan dari individu yang bersangkutan. Faktor-faktor internal meliputi:
a. Faktor jasmaniah terdiri dari,
1) Faktor kesehatan
2) Cacat tubuh
b. Faktor psikologis
1) Intelegensi
2) Perhatian
3) Minat
4) Bakat
5) Motivasi
6) Kematangan
7) Kesiapan
c. Faktor kelelahan
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang yang
berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak
didik. Dalam lingkunganlah anak didik berinteraksi dalam rantai kehidupan yang
disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak akan bisa menghindarkan diri
dari lingkungan alami dan lingkungan sosial
budaya. Interaksi dari dengan lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi
dalam mengisi kehidupan anak didik. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah. Faktor eksternal ini
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
E.
Tujuan Pelaksanaan
Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar
Kegiatan diagnosis media ini tujuan dilaksanaknnya
diagnosis ini adalah untuk mengajari siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar
terutama tentang materi yang belum dipahaminya, siswa memperbaiki
tingkahlakunya saat dikelas maupun dengan orang yang lebih tua, siswa dapat
meningkatkan prestasi belajarnya dengan baik,
Pelaksanaan diagnosis ini melibatkan guru dan siswa.
F. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang
Dialami Siswa (MEDIA)
Tidak
banyak siswa yang suka atau mengetahui kegagalan yang dialaminya. Namun tak
dapat dipungkiri, bahwa banyak sekali siswa yang mengalami kesulitan belajar
itu, seperti tidak lulus ujian, mendapat angka yang buruk dan lain-lain.
Dalam
rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan
mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya dan mencari pemecahannya.
Pemecahan kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara melakukan diagnosis.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri dari atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
"diagnostik" kesulitan belajar.
Memang
pada kenyataannya tes diagnostik kesulitan belajar kurang sekali diperhatikan
sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika
kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui
hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut
Prosedur
diagnostik banyak sekali model dan caranya, diantaranya yaitu prosedur Weener
dan Senf yang dikutip oleh Wardani dan dikutip lagi oleh Muhibbin Syah ( 2004:
174) sebagai berikut:
a. Melakukan observasi kelas untuk melihat
perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran
siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa
untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan
tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)
khususnya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Selain
itu, menurut Djamarah (2008: 250) menjelaskan langkah-langkah yang perlu
ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat
dilakukan melalui enam tahap, yaitu
1. Pengumpulan data
Untuk memperoleh informasi perlu diadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Teknik yang digunakan bisa
teknik observasi, interview dan dokumentasi. Ketiganya bisa digunakan untuk
saling melengkapi dalam rangka keakuratan data. Teknik lain yang bisa digunakan
seperti kegiatan berikut:
a. Kunjungan rumah
b. Case study
c. Case history
d. Daftar pribadi
e. Meneliti pekerjaan anak
f. Meneliti tugas kelompok
g. Melaksanakan tes, baik IQ maupun tes
prestasi.
2. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam
rangka pengolahan data sebagai berikut.
a. Identifikasi kasus
b. Membandingkan antar kasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis ( keputusan/penentuan) dapat
berupa hal-hal berikut.
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar
anak didik yaitu, berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak
didik.
b. Keputusan mengenai faktor- faktor yang
ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak-didik.
c. Keputusan mengenai faktor utama yang
menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
4. Prognosis
Keputusan yang idambil berdasarkan hasil
diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis
dilakukan kegiatan penyusunan progam dan penetapan ramalan mengenai bantuan
yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
Berikut pertanyaan-pertanyaan menggunakan
rumus 5W+1H yang diajukan kepada siswa untuk penyusunan progam bantuan.
a. Who
Siapakah yang memberikan bantuan kepada anak ? Siapakah yang harus mendapat
bantuan ?
b. What
Materi apa yang diperlukan? Alat bantu apa yang harus dipersiapkan?
Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada anak ?
c. When
Kapan pemberian bantuan itu diberikan kepada anak? Bulan yang keberapa?
Minggu yang keberapa?
d. Where
Dimana pemberian bantuan itu dilaksanakan?
e. Which
Anak didik yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu?
f. How
Bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan cara pendekatan
individual ataukah pendekatan kelompok? Bentuk treatment yang bagaimana yang
mungkin diberikan kepada anak ?
5. Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan yang
dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan
belajar sesuai dengan progam yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk
tratment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a. Melalui bimbingan belajar individual.
b. Melalui bimbingan belajar kelompok.
c. Melalui remedial teaching mata pelajaran
tertentu.
d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e. Pemberian bimbingan pribadi untuk
mengatasi masalah-masalah psikologis.
f. Pemberian bimbingan mengetai cara belajar
yang baik secara umum..
g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar
sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
6. Evaluasi
Evaluasi
dimaksutkan untuk mengetahui apakah tratment yang diberikan telah berhasil
dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari
lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini penulis memberikan upaya untuk mengatasi
kesulitan belajar pada salah satu siswa kelas v yang dominan merasa kesulitan pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Ala dengan memberikan media
belajar berupa:
1.
Media
konkret
Memperagakan contoh soal dengan benda konkrit, karena
dengan menggunakan benda-benda konkrit siswa lebih mudah untuk memahami soal.
Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal.
BAB III
PELAKSANAAN DIAGNOSIS
KESULITAN BELAJAR
A.
Identifikasi
Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Dalam observasi
ini penulis memilih salah satu siswa kelas V sebagai salah satu sampel siswa yang akan di diagnosis, karena
penulis mengamati siswa tersebut dalam
hasil ujian mid semester mendapatkan nilai jelek dan juga pada proses belajar
mengajar sikapnya kurang baik terhadap materi pelajaran, terkadang banyak bicara di dalam kelas, kurang konsentrasi dan sering
bermain sendiri. Selain pengamatan dari penulis hasil informasi dari wali kelas
dan wawancara dengan siswa juga memberikan informasi yang sama dengan
pengamatan penulis.
Berikut hasil data yang berhubungan dengan siswa:
1.
Identitas siswa
Nama Siswa : Rifki
Hidayatullah
Kelas :
V
Jenis kelamin :
Laki - laki
Agama :
Islam
Alamat :
Ds. Langenharjo Pati
Sekolah :
SDN Langenharjo 01
2.
Orang Tua
Ayah :
Amir Hidayat
Ibu :
Endang Sri Mulyani
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Wiraswasta
3.
Wali Kelas
: Sholihatin, S.Pd.
Kepala
Sekolah : Sugiharto, S.Pd.
Daftar Tabel 3.1 Identifikasi Kesulitan
Belajar Berdasar Observasi Proses Belajar Siswa yang Mengalami Kesulitan
Belajar
NO.
|
KAJIAN
|
CATATAN
|
1
|
Absensi
|
Siswa selalu berangkat ke sekolah dengan tepat waktu
|
2
|
Partisipasi
dalam belajar kelompok
|
Kurangnya partisipasi dalam kelompok, setiap kelompok hanya beberapa
siswa yang mengerjakan.
|
3
|
Keaktifan
Belajar
|
Hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam pembelajaran
|
4
|
Interaksi
dengan siswa lain
|
Interaksi siswa dengan siswa lain baik.
|
5
|
Perilaku
Menyimpang di Kelas
|
Siswa sering bermain sendiri ketika pembelajaran, siswa suka bertengkar
dengan teman didepannya
|
6
|
Penglihatan
siswa
|
Penglihatan siswa jelas.
|
7
|
Pendengaran
siswa
|
Pendengaran siswa baik.
|
8
|
Kemampuan
membaca
|
Siswa sudah lancar dalam membaca, untuk kata-kata asing siswa masih
sedikit kesulitan.
|
9
|
Kemampuan
menulis
|
Siswa sudah baik dalam menulis.
|
10
|
Kemampuan
berhitung
|
Siswa sudah
bisa menghitung penjulahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
|
11
|
Kemampuan
menyelesaikan tugas/soal
|
Siswa belum
begitu mampu menyelesaikan tugas/soal tentang sifat benda, sehingga belum
bisa membedadan mecam-macam perubahan sifat benda.
|
12
|
Kecepatan
menyelesaikan tugas/soal
|
Siswa
menyelesaikan tugas/soal perubahan sifat benda membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan teman yang lainnya.
|
13
|
Kondisi fisik
siswa
|
Kondisi fisik
siswa normal.
|
14
|
Kondisi psikis
siswa
|
Kondisi psikis
siswa normal.
|
15
|
Pekerjaan
orang tua
|
Wiraswasta
|
16
|
Kondisi sosial
ekonomi keluarga
|
Kondisi sosial
keluarga: Siwa dirumah anak nomer terakhir, dari dua bersaudara.
Kondisi
ekonomi keluarga: Cukup.
|
17
|
Tambahan jam
belajar di luar sekolah
|
Siswa tidak
mengikuti tambahan jam belajar diluar sekolah.
|
18
|
Kesulitan
belajar pada mata pelajaran lain
|
Ilmu
Pengetahuan Sosial, Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa.
|
Tabel 3.2 Identifikasi
Kesulitan Belajar Berdasar Observasi Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Nama Guru : Sholihatin, S.Pd
Wali Kelas : V
NO
|
INDIKATOR
|
CATATAN
|
1
|
Ketrampilan
Bertanya
|
|
a. Membangkitkan
minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
|
Guru jarang mengaitkan topik dengan
kehidupan siswa sehingga minat siswa kurang
|
|
b. Memusatkan
perhatian pada masalah tertentu
|
Guru selalu memusatkan perhatian pada
masalah tertentu.
|
|
c. Menggalakkan
penerapan belajar aktif
|
Guru sudah menggalakkan penerapan
belajar aktif.
|
|
d. Merangsang
siswa mengajukan pertanyaan
|
Guru sudah merangsang siswa untuk
mengajukan pertanyaan, tetapi masih banyak siswa yang belum berani mengajukan
pertanyaan.
|
|
e. Menstruktur
tugas siswa
|
Guru sudah menstruktur tugas siswa
dengan baik.
|
|
f. Melibatkan
semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
|
Guru kurang melibatkan siswa berperan
aktif dalam pembelajaran
|
|
g. Memberi
kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan informasi yang diberikan
|
Guru memberi kesempatan pada siswa
untuk mendemonstrasikan informasi yang diberikan melalui presentasi hasil
kelompok
|
|
h. Mendorong
siswa mengembangkan proses berfikir
|
Guru sudah mendorong siswa
mengembangkan proses berfikir.
|
|
i.
Mengembangkan
kebiasaan menanggapi pernyataan teman/guru
|
Guru sudah mengembangkan kebiasaan
menanggapi pernyataan teman/guru.
|
|
j.
Memberi kesempatan
untuk belajar berdiskusi
|
Guru sudah memberi kesempatan untuk
belajar berdiskusi.
|
|
2
|
Ketrampilan Memberi Penguatan
|
|
a. Penguatan
verbal
(bagus/baik/hebat/setuju/ya/betul)
|
Penguatan verbal guru sudah baik. Guru
melontarkan kata bagus/baik/hebat/setuju/ya/betul jika siswanya menjawab
pertanyaan dengan benar.
|
|
b. Penguatan
gestural
(tepuk
tangan/acungan jempol/anggukan/tersenyum)
|
Penguatan gestural guru sudah baik.
Guru memberikan tepuk tangan, memberikan acungan jempol, mengangguk, dan
tersenyum.
|
|
c. Penguatan
dengan sentuhan
(menepuk
pundak/menjabat tangan/menguasap rambut/dsb)
|
Penguatan dengan sentuhan guru sudah
baik. Guru menepuk pundak, menjabat tangan, mengusap rambut, dan sebagainya.
|
|
d. Penguatan
dengan memberi penghargaan (melatih teman/
|
Penguatan dengan memberi penghargaan
guru sudah baik. Jika siswa berani menjawab pertanyaan guru, siswa diberi
penghargaan berupa tepuk tangan dan terkadang membagikan permen.
|
|
e. Penguatan
berupa tanda
(komentar/hadiah.
|
Penguatan berupa tanda guru sudah
baik. Guru memberikan komentar yang baik (pujian) jika siswanya menjawab
pertanyaan dengan benar.
|
|
3
|
Mengajar kelompok kecil/perorangan
|
Guru tidak mengajar kelompok
kecil/perorangan, melainkan mengajar secara klasikal, dengan
sepenuhnyaceramah.
|
4
|
Ketrampilan
Menjelaskan
|
|
a. Kejelasan
ucapan
|
Guru
sangat jelas dalam melafalkan materi
|
|
b. penggunaan
contoh/ilustrasi
|
Guru
bisa mengaitkan contoh dalam kehidupan sehari-hari
|
|
c. pemberian
tekanan informasi
|
Guru
sering mengulang informasi-informasi penting dari apa yang sudah diajarkan
|
|
d. penggunaan
balikan
|
Guru
merespon apa yang dikatakan siswa
|
|
5
|
Membuka
dan menutup pelajaran
|
Guru
ketika membuka dan menutup pelajaran sudah baik
|
a. Membuka
pelajaran
|
Guru
membuka pelajaran dengan mengaitkan materi yang sudah dipelajari dengan
materi yang akan diajari
|
|
1) menarik
perhatian siswa
|
Guru
menarik perhatian siswa
|
|
2) menimbulkan
motivasi
|
Guru
jarang memotivasi siswa.
|
|
3) memberikan
acuan
|
Guru
sudah memberi target yang harus dicapai siswa
|
|
4) membuat
kaitan
|
Guru
sering mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
|
|
b. Menutup
pelajaran
|
||
1) meninjau
kembali
|
Guru
sering memberi pertanyaan guna mengetahui kemampuan siswa dari apa yang sudah
diajarkan guru
|
|
2) mengevaluasi
|
Guru
memberikan evaluasi ringan dengan cara memberi pertanyaan di akhir
pembelajaran
|
|
6
|
Membimbing
diskusi kelompok
|
Guru
jarang membuat diskusi kelompok besar, lebih sering dengan teman sebangku
|
a. memusatkan
perhatian siswa pada topik diskusi
|
Guru
mampu memusatkan perhatian siswa pada topik yang sudah ditentukan
|
|
b. Memperjelas
masalah maupun usulan/pendapat
|
Guru
segera meluruskan pendapat atau usulan dari siswa
|
|
c. Menganalisa
pandangan/pendapat siswa
|
Mendiskusikan
secara klasikal tentang pendapat siswa
|
|
d. meningkatkan
usulan siswa
|
Guru
sering menyuruh siswa untuk
mengemukakan pendapat
|
|
e. menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
|
Dengan
guru sering membuka
|
|
f. menutup
diskusi
|
Sudah
dilakukan
|
|
7
|
Mengelola
kelas
|
Ketrampilan
guru dalam mengelola sangat baik, siswa juga patuh terhadap guru.
|
a. Penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar
|
Memusatkan
perhatian ke guru, guru juga sering menegur dan memarahi siswa apabila siswa
ramai sendiri dengan temannya
|
|
1) Menunjukkan
sikap tanggappan
2) Membagi
perhatian baik secara verbal maupun visual
|
Guru
menanggapi ketika siswa bertanya atau mengemukakan pendapat.
Guru
lebih banyak memberikan perhatian secara verbal.
|
|
3) Memusatkan
perhatian kelompok
|
Guru
memusatkan perhatian ke guru
|
|
4) Memberikan
petunjuk-petunjuk yang jelas
|
Guru
menjelaskan secara detail
|
|
5) Menegur
|
Guru
sering menegur siswa apabila asik main sendiri
|
|
6) Memberi
penguatan
|
Guru
memberi penguatan setelah selesai pembelajaran
|
|
b. Pembalikan
kondisi belajar yang optimal
|
||
1) Modifikasi
perilaku
|
Sudah
ada
|
|
2) Melakukan
pendekatan pemecahan masalah kelompok
|
Guru
tidak pernah mengelompokkan siswa.
|
|
3) Memelihara
kerjasama
|
Sudah
dilakukan
|
|
4) menemukan
dan memecahkan masalah tingkah laku yang menimbulkan masalah
|
Guru
sering memberikan solusi apabila ada siswa yang menimbulkan masalah. Misalnya
guru menegur siswa.
|
|
8
|
Mengadakan
variasi
|
|
a. Variasi
cara mengajar
|
Guru
jarang menggunakan media/alat peraga
|
|
b. Menggunakan
media/alat pengajaran
|
Guru
jarang menggunakan media atau alat peraga
|
|
c. Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa
|
Guru
jarang menggunakan pola interaksi
|
B.
Melokalisasi
Letak dan Jenis Kesulitan Belajar
Setelah identifikasi siswa langkah selanjutnya
adalah melokalisasi letak dan jenis kesulitan belajara. Yang dimaksud
melokalisasi letak kesulitan belajar
yakni langkah penentuan kesulitan
dalam mata pelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan mana yang tidak mengerti oleh siswa Fauzi
(2013).
Dan dalam hal ini, siswa yang diamati mengalami
kesulitan dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru terutama pada
mata pelajaran matematika. Kesulitan itu tidak hanya dalam satu mata pelajaran
melainkan hampir seluruh mata pelajaran.Siswa tersebut mengalami
kesulitan belajar jenis“Slow Learner
“ yaitu siswa semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat atau dapat
dikatakan proses perkembangannya lambat. Siswa tidak mampu menyelesaikan
pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah
ditetapkan.Mereka membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan siswa lain
Darsono (2000:41).
Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat dari hasil nilai MID Semester siswa yaitu sebagai
berikut:
No.
|
Mata pelajaran
|
KKM
|
Nilai
|
1.
|
PKN
|
75
|
75
|
2.
|
B. Indonesia
|
75
|
77
|
3.
|
MTK
|
75
|
75
|
4.
|
IPA
|
75
|
45
|
5.
|
IPS
|
75
|
56
|
6.
|
B. jawa
|
75
|
76
|
C.
Melokalisasi
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
diketahui kesulitan belajar siswa terjadi karena beberapa faktor berikut.
1.
Faktor
internal
a.
Perhatian
siswa terhadap materi yang dipelajari kurang, sehingga membuat siswa
lebih senang bermain.
b.
Minat
dan motivasi belajar siswa rendah karena
pembelajaran yang disajikan kurang menarik.
c.
Siswa
yang sangat hiperaktif dan tidak bisa diam di tempat duduknya.
d.
Siswa
tidak memperhatikan guru saat mengajar.
2. Faktor eksternal
a.
Faktor keluarga, kedua orang tua siswa sudah
bercerai dan merantau ke luar kota. Siswa tinggal bersama neneknya yang bekerja sebagai petani. Dengan pekerjaan
neneknya yang setiap hari pergi ke sawah membuat siswa kurang mendapatkan perhatian
dan tidak pernah diajari atau dibelajari oleh orang terdekat saat di rumah.
b.
Faktor
sekolah:
1) Pembelajaran yang berlangsung tidak
menarik.
2) Guru hanya menggunakan metode ceramah saat
pembelajaran.
3) Jarang menggunakan media yang menarik dan
membuat siswa aktif.
D.
Menetapkan
Proses Pemecahan Kesulitan Belajar
Berdasarkan analisis kesulitan
belajar yang telah dilakukan, maka ditetapkan langkah untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa yaitu dengan melakukan pengajaran perbaikan satu kali atau dua
kali dalam seminggu untuk materi pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa yaitu
berupa:
1.
Mengajarkan kembali materi yang belum dimengerti atau
dikuasai oleh siswa. Pendiagnosa
melakukan pembelajaran dengan menerapkan model Auditory Intellectualy Repetition Penggunaan model ini diharapkan bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa
saat di kelas, terutama siswa yang berkesulitan belajar.
2.
Memberikan latihan kepada siswa mengenai latihan kepada
siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Melakukan pendampingan terhadap siswa yang berkesulitan, dengan
menggunakan media konkret berupa esbatu, lilin, karet, dan pisang. Guru
mendemostrasikan media
tersebut untuk membangun pemahaman konsep materi terhadap siswa..
Sehingga siswa benar-benar memahami dan mampu mengerjakan soal baik dalam soal
cerita maupun tidak. Serta memperagakan contoh soal dengan benda
konkrit, karena dengan menggunakan benda-benda konkrit siswa lebih mudah untuk
memahami soal. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal.
Selanjutnya
memberikan informasi kepada :
a.
Siswa : tentang bagaimana cara belajar yang baik,
tentang bagaimana pentingnya mengulang pelajaran dirumah, bagaimana pentingnya
membaca buku karena semua jawaban atas tugas dan PR yang diberikan oleh guru
ada didalam buku, tentang pentingnya keseriusan belajar didalam kelas, serta
yang paling penting adalah rajin beribadah kepada Allah SWT, karena kunci
keberhasilan itu adalah berusaha, berdoa, dan bertawakal. Selain itu memberikan
memberikan motivasi/ penguatan kepada siswa tentang kemampuan yang dimilikinya
sudah bagus, hanya saja perlu latihan dan belajar dengan teratur, sehingga anak
menjadi bersemangat dalam belajar.
b.
Orang tua : Menginformasikan mengenai pentingnya
meningkatkan perhatian terhadap belajar anak dan memberikan informasi bahwa
orang tua sangat berperan penting bagi perkembangan anak dalam belajar, karena
pendidikan yang pertama dan yang paling utama bagi anak adalah dalam lingkungan
keluarga. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai cara menyikapi
anak dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang dialami oleh siswa.
c.
Guru Kelas : memberikan informasi kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa.
E.
Pelaksanaan
Pemecahan Kesulitan Belajar
Pelaksanaan pemecahan kesulitan ini telah diberikan,
yaitu sebagai berikut :
1.
Kepada siswa
a.
Melakukan pengajaran perbaikan dengan mengajarkan
kembali materi yang kurang/tidak dipahami oleh siswa. Dengan menggunakan media
kongkrit siswa akan lebih mudah dalam memahami materi,
selain itu siswa bisa fokus dan memperhatikan karena adanya media yang menarik.
b.
Memberikan latihan kepada siswa mengenai materi yang
telah diajarkan kembali. Penulis telah membuat RPP (Rancangan pelaksanaan
pembelajaran) mengenai materi yang telah diajarkan tersebut.
c.
Memberikan informasi kepada siswa tentang bagaimana
cara yang baik seperti waktu belajar yang efektif.
d.
Memberikan informasi mengenai pentingnya mengulang
pelajaran dirumah agar materi yang diterangkan oleh guru dapat diserap dan di
ingat selalu.
e.
Memberikan informasi kepada siswa akan pentingnya
belajar dengan serius di dalam kelas agar materi yang diberikan oleh guru dapat
diserap dengan baik.
2.
Kepada orang tua siswa yaitu memberikan informasi
kepada orang tua siswa agar lebih mengontrol lagi anaknya dalam belajar dan
selalu mengingatkan anak untuk belajar dengan teratur dirumah, memberikan
motivasi dan dorongan kepada anak agar anak selalu bersemangat dalam belajar
karena sebenarnya anak ini memiliki kemampuan dan motivasi yang bagus apabila
dia diberikan semangat, dukungan, dan sokongan terutama dari orang tuannya, dan
menciptakan suasana yang tenang dalam belajar.
3.
Kepada guru kelas yaitu memberikan informasi tentang letak kesulitan belajar siswa, pada
pokok materi mana siswa mengalami kesulitan dalam belajar
F.
Evaluasi dan
Tindak Lanjut
1.
Evaluasi
Setelah dilakukan
upaya mengatasi kesulitan belajar siswa, perlu adanya evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
a.
Siswa : setelah diberikan pengajaran perbaikan dan
informasi tentang bagaimana belajar yang baik, serta media pembelajaran yang
menarik anak mulai memperhatikan pelajaran yang diajarkan dan mulai mengerjakan
tugas dengan benar.
b.
Orang tua : orang tua mulai mengubah sikap pada anaknya
lebih mengontrol dan memperhatikan anaknya terutama dalam belajar membaca.
c.
Guru kelas : guru kelas lebih memperhatikan siswa dalam
belajar dengan memberikan penjelasan ketempat duduk siswa ketika siswa tidak
mengerti dengan materi yang dijelaskan.
2.
Tindak lanjut
a.
Kepada siswa : memberikan penguatan positif berupa semangat dan dukungan terhadap hasil
belajar yang dicapai siswa.
b.
Kepada Orang tua : orang tua memperhatikan kebutuhan
belajar anaknya, seperti menyuruh anak belajar dengan teratur setiap hari dan
lebih memberikan motivasi kepada anaknya agar anak lebih bersemangat dalam
belajar. Dan melatih anak dalam membaca agar ia bisa membaca dengan lancar.
c.
Kepada wali kelas : wali kelas diharapkan lebih
memperhatikan siswanya ini dalam belajar sehingga dapat dicapai hasil belajar
yang optimal serta menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih bersemangat
dan aktif dari sebelumnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar
merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru.
Sebagai upaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan kesulitan belajar
maka dapat ditempuh melalui media pembelajaran. Guru
sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta
didik, yang dimana seorang guru
dituntut dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi mengenai
pembelajaran, karena pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan
serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah
melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola
pembelajaran.
Kegiatan
memahami kesulitan belajar peserta didik
ini guru harus dapat mengetahui faktor
apa saja yang mempengaruhi peserta didik dalam kesulitan belajar. Untuk
mengertahuinya guru harus melakukan atau-tahapan dalam diagnosis yaitu: Mengenal siswa yang
mengalami kesulitan belajar, Memahami sifat dan jenis
kesulitan belajarnya, Menetapkan latar belakang
kesulitan belajar, Menetapkan usaha-usaha bantuan,
Pelaksanaan bantuan
dan Tindak
lanjut.
Berdasarkan
observasi di SDN Langenharjo 01
Pati mengalami kesulitan belajar, sebagai
berikut :
1.
Di kelas V SDN Langenharjo 01 terdapat siswa
yang mengalami kesulitan belajar
yang bernama Rifki Hidayatullah.
2.
Siswa mengalami kesulitan belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi Perubahan Sifat benda 4. Memahami hubungan antara sifat
bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses, 4.2
Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara
maupun tetap.
3.
Faktor utama yang menyebabkan kesulitan belajar yang
dialami oleh Alaika yaitu Siswa sulit untuk memahami
pelajaran matematika lebih
spesifiknya dalam soal, Siswa lebih suka mengajak teman satu
kelompoknya untuk berbicara dan bermain
dengan temannya, Siswa
masih merasa kesulitan dalam memahami materi, Guru dalam proses pembelajaran belum menggunakan media pembelajaran. Serta faktor dari orang tua yang kurang
perhatian dalam memotivasi anaknya.
4.
Solusi untuk mengatasi kesulitan belajar IPA Materi
perubahan wujud benda panjang yaitu dengan menggunakan media benda kongkrit.
5.
Setelah diterapkan media tangga satuan hasil belajar siswa meningkat
dan melampaui KKM (tuntas).
B.
Saran
Dalam
hal ini, proses pembelajaran guru hendaknya memperhatikan bagaimana cara
pembelajaran yang diterapkan dapat meninngkatkan semangat siswa dalam proses
pembelajaran. Dan dalam penyusunan laporan ini, Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan guna memperbaiki di masa yang akan datang. Penulis juga
berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi saya atau pihak lain yang
membacanya
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsudin Makmun, (2009). Psikologi
Kependidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Abdurrahman,
Mulyono. 1999, Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fauzi. 2013. Laporan Diagnosis. (http://fauzizdeslav.blogspot.co.id/2013/12/tugas-kuliah-laporan-diagnosis_26.html)
diakses 25 Desember 2016 pukul 21.00 WIB.
Jamaris, M. 2014. Kesulitan Belajar: Prespektik, Asesmen, Dan
Penanggulangannya Bagi Nanak Usia Dini Dan Usia Sekolah. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Muhibbin Syah, 2010. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakrya.
Muhibbin
Syah, Psikologi Belajar (Jakarta:
Rajawali Pers,2012)
Warkitri. 1999. Progam Pengembangan Lapangan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
17.18 | | 0 Comments
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Entri Populer
-
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK DI INDONESIA Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep PKn DOSE...
-
Sub Tema 1 : KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 1.1 Menghargai kebhinneka-tunggalikaan dan keberagaman agam...
-
MAKALAH EKONOMI DALAM ISLAM DiajukanSebagaiPelengkapNilaiTugas Semester I Mata Kuliah Agama DosenPengampu :UlinNuha ,M.Ag. ...
-
HAKIKAT DAN KONSEP PENDIDIKAN DARI PENDEKATAN REDUKSIONISME DAN HOLISTIK INTEGRATIF A. Era Reformasi Masyarakat Indonesia kin...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Esa,yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga saya dapat me...
-
belajar menjadi suatu kebutuhan dan kebiasaaan dikalangan pelajar saat ini banyak dijumpai berbagai masalah mengenai pendidikan, ...
-
SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1 TEMA: ANEKA PERISTIWA Standar kompetensi Kompeten...