LAPORAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN SOLUSI PERBAIKAN DENGAN MEDIA BENDA KONKRIT MATAPELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SDN LANGENHARJO 01 PATI




LAPORAN

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN SOLUSI PERBAIKAN DENGAN MEDIA BENDA KONKRIT MATAPELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SDN LANGENHARJO 01 PATI




Description: Description: Description: Description: Description: Description: D:\hots wallpapers\WEED\umk.jpg
 














Di susun oleh:

Muhammad Wahyu Mustofa
201333132

DosenPengampu :
Henry Suryo Bintoro, M.Pd.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016



 


KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami haturkankehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Diagnosis Kesulitan Belajar dan Solusi Perbaikan dengan media benda kongkrit di SDN Langenharjo 01 Pati. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Bapak Henry Suryobintoro, M.Pd.,yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepadateman-teman mahasiswa yang juga sudah memberikontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untukitu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca padaumumnya.


Pati, 27 Desember 2016


Penulis












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .................................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

BAB II DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A.    Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar .............................................................. 3
B.     Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar ........................................................................ 4
C.     Tingkat Jenis Kesulitan yang Dihadapi Siswa .................................................... 6
D.    Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar .............................................................. 7
E.     Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar ................................ 8
F.      Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa (MEDIA)................... 9
BAB   III   PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A.           Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar .................................... 13
B.            Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar ............................................... 20
C.            Melokalisasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ............................................. 21
D.           Menetapkan Proses Pemecahan Kesulitan Belajar .......................................... 21
E.            Pelaksanaan Pemecahan Kesulitan Belajar ...................................................... 22
F.             Evaluasi dan Tindak Lanjut ............................................................................. 23
BAB   IV   PENUTUP
A.           Kesimpulan ...................................................................................................... 25
B.            Saran ................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan .ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya dalam pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluargasendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selai nitu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar.Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabka noleh factor intelegensi yang rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena dalam rangka proses pembelajaran tidak semua siswa mudah menerima dan merekam hasil dari suatu proses pembelajaran. Kita sadar bawa bakat setiap individu berbeda satu yang lainnya. Kemampuan untuk menangkap pelajaran juga berlainan, tingkat usahanya pun juga berpariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang berbeda juga akan berbeda untuk menguasai materi atau bahan yang sama.
Kualitas pengajaran turut menentukan ketuntasan penguasaan bagi para siswa. Oleh karena itu, usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pengajaran lebih konkret, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa.

B.       Tujuan Penulisan
Hasil observasi yang telah dilakukan saat praktek pengalaman lapangan, maka tujuan penulisan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian tentang kesulitan belajar.
2.      Untuk memahami gejala dan ciri kesulitan belajar.
3.      Untuk mengetahui latar belakang timbulnya kesulitan belajar.
4.      Untuk mengetahui tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar.
5.      Untuk menjelaskan peningkatan perilaku dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media roda putar.
6.      Untuk menjelaskan peningkatan perilaku siswa dalam proses pembelajaran berlangsung dengan mengunakan media roda putar.
7.      Untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa dalam materi kesehatan lingkungan dengan mengunakan media roda putar.






















BAB II
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A.    Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar.
Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar. Diagnosis merupakan istilah teknis (terminologi) yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen, sebagaimana dikutip oleh Makmun (2009:307), diagnosis dapat diartikan sebagai:
1.      Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weaknees, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons).
2.      Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
3.      Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Setelah dipahami pengertian diagnosis, selanjutnya mengenai kesulitan belajar. Kesulitan belajar atau learning disability yang biasa juga disebut dengan  istilah learning disorder atau learning difficulty adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif (Jamaris, 2014).
Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.
Di samping definisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi. Jadi,  kesulitan belajar merupakan keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam memahami satu atau lebih bidang studi sehingga mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan  arti dari dua kata tersebut maka Muhibbin Syah ( 2010: 174) menyatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk mengatur "jenis penyakit" yang merupakan jenis kesulitan belajar siswa.
Selain itu, Makmun (2002: 309) mengatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upayauntuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitankesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
B.     Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar
a.       Gejala Kesulitan Belajar.
Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada komponen – komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar – mengajar sendiri. Berbagai variabel yang mempengaruhi proses belajar – mengajar menurut loree (1970:121-133) terdiri atas:
1.      Learning Variables, Mencakup:
a.       Learning Experience Variables, antara lain mengenai Method Variables, menyangkut kuat lemahnya motivasi untuk belajar, intensif – tidaknya bimbingan guru dan ada – tidaknya kesempatan untuk praktikum.
b.      Enviromental Variables, yang menyangkut iklim belajar yang bergantung pada faktor tersedianya waktu yang cukup untuk belajar dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai
c.       Organismic Variables, mencakup
Characteristic of the learners, antara lain tingkatan inttelegensi, usia dan taraf kematangan, jenis kelamin dan kesiapan untuk belajar. Mediating Processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta, antara lain, intelegensi, persepsi, motivasi, takut, cemas dan tekanan batin yang sebagainya turut berperan dalam proses berperilaku belajar.
2.    Response Variables. Jika dikelompokkan berdasarkan tujuan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut.
        a.          Tujuan kognitif , seperti pengetahuan, konsep dan keterampilan pemecahan masalah.
        b.          Tujuan afektif, seperti sikap , nilai, minat dan apresiasi.
         c.          Tujuan pola pola bertindak, antara lain ; 1. Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, melukis, dsb. 2. Kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dsb. 3. Kebiasaan, seperti kebiasaan hidup sehat, kejujuran, kerapian, dsb.
Individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
1.      Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
2.      Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya.
3.      Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4.      Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5.      Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
6.      Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
7.      Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
3.      Ciri-Ciri.
Ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat dan sering didiagnosis adalah:
1.      Gangguan perhatian pada anak – anak. Anak tidak mampu memusatkan perhatiannya kepada sesuatu hal atau objek tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli menyebutkan perhatian anak pada kelompok ini kurang dari 10 detik.
2.      Distrakbilitas, akibat kekurangan perhatian, penderita mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan rangsang yang kurang menonjol, yang dapat berupa distrikdistrikbilitas visual, auditoris, dan internal.
3.      Impulsif, artinya cenderung bertindak tanpa mempertimbangkan akibat tindakana itu mereka cenderung memberikan respon pertama yang msuk dalam pikirannya dan lebih senang “cepat selesai” dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mengutamakan ketelitian.
4.      Kurang Ulet, penderita akan menunjukan sifat kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjannya jarang ernah selesai, selain itu juga akan mudah lelah sehingga berpikir lama kan mudah menguap, menggeliat, biasanya jam tidur juga tidak berimbang, siang hari suka tidur dan pada malam hari sering terbangun.
5.      Selalu Berubah, perhatian penderita akan sangat bergantung pada motivasinya, pada motivasi yang tinggi fokus perhatian akan lebih tajam, misalnya ; mengikuti acara televisi tertentu.
6.      Inkoordinasi, artinya sukar melakukan kegaiatn motorik halus sehingga mengalami keslitan dalam menyalakan korek api, bermasalah dengan resleting, dan lain – lain.

C.    Tingkat Jenis Kesulitan yang Dihadapi Siswa
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, Djamarah (2008) mengelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
a.       Ada yang berat
b.      Ada yang sedang
2.      Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
a.       Ada yang sebagian mata pelajaran
b.      Ada yang sifatnya sementara
3.      Dilihat dari kesulitannya
a.       Ada yang sifatnya menetap
b.      Ada yang sifatnya sementara
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya
a.       ada yang karena faktor intelegensi
b.      ada yang karena faktor non-intelegensi
Berikut ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk (1990) sebagai berikut :
1.      Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2.      Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
3.      Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain.
4.      Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah.
Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.
D.    Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal, dan eksternal. Penyebab pertama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis: sedangkan penyebab utama problematika belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain tanpa strategi pembelajaran yang keliru, pengolahan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat, Abdurrohman (1999:51).
1.      Faktor internal
Faktor internal, adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, baik fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tidaknya seorang dalam belajar, faktor jenis ini, berwujud juga sebagai kebutuhan dari individu yang bersangkutan. Faktor-faktor internal meliputi:
a.       Faktor jasmaniah terdiri dari,
1)      Faktor kesehatan
2)      Cacat tubuh
b.      Faktor psikologis
1)      Intelegensi
2)      Perhatian
3)      Minat
4)      Bakat
5)      Motivasi
6)      Kematangan
7)      Kesiapan
c.       Faktor kelelahan
2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik berinteraksi dalam rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak akan bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial
budaya. Interaksi dari dengan lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah. Faktor eksternal ini dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

E.                 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar
Kegiatan diagnosis media ini tujuan dilaksanaknnya diagnosis ini adalah untuk mengajari siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar terutama tentang materi yang belum dipahaminya, siswa memperbaiki tingkahlakunya saat dikelas maupun dengan orang yang lebih tua, siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan baik,  Pelaksanaan diagnosis ini melibatkan guru dan siswa.




F.     Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa (MEDIA)
Tidak banyak siswa yang suka atau mengetahui kegagalan yang dialaminya. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa banyak sekali siswa yang mengalami kesulitan belajar itu, seperti tidak lulus ujian, mendapat angka yang buruk dan lain-lain.
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya dan mencari pemecahannya. Pemecahan kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara melakukan diagnosis. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri dari atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai "diagnostik" kesulitan belajar.
Memang pada kenyataannya tes diagnostik kesulitan belajar kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut
Prosedur diagnostik banyak sekali model dan caranya, diantaranya yaitu prosedur Weener dan Senf yang dikutip oleh Wardani dan dikutip lagi oleh Muhibbin Syah ( 2004: 174) sebagai berikut:
a.       Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b.      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
c.       Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d.      Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
e.       Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Selain itu, menurut Djamarah (2008: 250) menjelaskan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu
1.      Pengumpulan data
Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Teknik yang digunakan bisa teknik observasi, interview dan dokumentasi. Ketiganya bisa digunakan untuk saling melengkapi dalam rangka keakuratan data. Teknik lain yang bisa digunakan seperti kegiatan berikut:
a.       Kunjungan rumah
b.      Case study
c.       Case history
d.      Daftar pribadi
e.       Meneliti pekerjaan anak
f.       Meneliti tugas kelompok
g.      Melaksanakan tes, baik IQ maupun tes prestasi.
2.      Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data sebagai berikut.
a.       Identifikasi kasus
b.      Membandingkan antar kasus
c.       Membandingkan dengan hasil tes
d.      Menarik kesimpulan
3.      Diagnosis
Diagnosis ( keputusan/penentuan) dapat berupa hal-hal berikut.
a.       Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu, berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b.      Keputusan mengenai faktor- faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak-didik.
c.       Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
4.      Prognosis
Keputusan yang idambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan progam dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
Berikut pertanyaan-pertanyaan menggunakan rumus 5W+1H yang diajukan kepada siswa untuk penyusunan progam bantuan.
a.       Who         
Siapakah yang memberikan bantuan kepada anak ? Siapakah yang harus mendapat bantuan ?
b.      What        
Materi apa yang diperlukan? Alat bantu apa yang harus dipersiapkan? Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada anak ?
c.       When
Kapan pemberian bantuan itu diberikan kepada anak? Bulan yang keberapa? Minggu yang keberapa?
d.      Where
Dimana pemberian bantuan itu dilaksanakan?
e.       Which
Anak didik yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu?
f.       How
Bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok? Bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin diberikan kepada anak ?
5.      Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan yang dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan progam yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk tratment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a.       Melalui bimbingan belajar individual.
b.      Melalui bimbingan belajar kelompok.
c.       Melalui remedial teaching mata pelajaran tertentu.
d.      Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e.       Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
f.       Pemberian bimbingan mengetai cara belajar yang baik secara umum..
g.      Pemberian bimbingan mengenai cara belajar sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.


6.      Evaluasi
Evaluasi dimaksutkan untuk mengetahui apakah tratment yang diberikan telah berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini penulis memberikan upaya untuk mengatasi kesulitan belajar pada salah satu siswa kelas v yang dominan  merasa kesulitan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Ala dengan memberikan  media belajar berupa:
1.                   Media konkret
Memperagakan contoh soal dengan benda konkrit, karena dengan menggunakan benda-benda konkrit siswa lebih mudah untuk memahami soal. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal.


















BAB   III
PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A.                Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Dalam observasi ini penulis memilih salah satu siswa kelas V sebagai salah satu sampel siswa yang akan di diagnosis, karena penulis mengamati siswa tersebut  dalam hasil ujian mid semester mendapatkan nilai jelek dan juga pada proses belajar mengajar sikapnya kurang baik terhadap materi pelajaran, terkadang banyak bicara  di dalam kelas, kurang konsentrasi dan sering bermain sendiri. Selain pengamatan dari penulis hasil informasi dari wali kelas dan wawancara dengan siswa juga memberikan informasi yang sama dengan pengamatan penulis.
Berikut hasil data yang berhubungan dengan siswa:
1.      Identitas siswa
Nama Siswa     : Rifki Hidayatullah
Kelas                : V
Jenis kelamin    : Laki - laki
Agama              : Islam
Alamat              : Ds. Langenharjo Pati
Sekolah             : SDN Langenharjo 01
2.      Orang Tua
Ayah                 : Amir Hidayat
Ibu                    : Endang Sri Mulyani
Agama              : Islam
Pekerjaan          : Wiraswasta
3.      Wali Kelas        : Sholihatin, S.Pd.
Kepala Sekolah            : Sugiharto, S.Pd.






Daftar Tabel 3.1 Identifikasi Kesulitan Belajar Berdasar Observasi Proses Belajar Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
NO.
KAJIAN
CATATAN
1
Absensi
Siswa selalu berangkat ke sekolah dengan tepat waktu
2
Partisipasi dalam belajar kelompok
Kurangnya partisipasi dalam kelompok, setiap kelompok hanya beberapa siswa yang mengerjakan.
3
Keaktifan Belajar
Hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam pembelajaran
4
Interaksi dengan siswa lain
Interaksi siswa dengan siswa lain baik.
5
Perilaku Menyimpang di Kelas
Siswa sering bermain sendiri ketika pembelajaran, siswa suka bertengkar dengan teman didepannya
6
Penglihatan siswa
Penglihatan siswa jelas.
7
Pendengaran siswa
Pendengaran siswa baik.
8
Kemampuan membaca
Siswa sudah lancar dalam membaca, untuk kata-kata asing siswa masih sedikit kesulitan.
9
Kemampuan menulis
Siswa sudah baik dalam menulis.
10
Kemampuan berhitung
Siswa sudah bisa menghitung penjulahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
11
Kemampuan menyelesaikan tugas/soal
Siswa belum begitu mampu menyelesaikan tugas/soal tentang sifat benda, sehingga belum bisa membedadan mecam-macam perubahan sifat benda.
12
Kecepatan menyelesaikan tugas/soal
Siswa menyelesaikan tugas/soal perubahan sifat benda membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan teman yang lainnya.
13
Kondisi fisik siswa
Kondisi fisik siswa normal.
14
Kondisi psikis siswa
Kondisi psikis siswa normal.
15
Pekerjaan orang tua
Wiraswasta
16
Kondisi sosial ekonomi keluarga
Kondisi sosial keluarga: Siwa dirumah anak nomer terakhir, dari dua bersaudara.
Kondisi ekonomi keluarga: Cukup.
17
Tambahan jam belajar di luar sekolah
Siswa tidak mengikuti tambahan jam belajar diluar sekolah.
18
Kesulitan belajar pada mata pelajaran lain
Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa.

Tabel 3.2 Identifikasi Kesulitan Belajar Berdasar Observasi Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Nama Guru     : Sholihatin, S.Pd
Wali Kelas       : V
NO
INDIKATOR
CATATAN
1
Ketrampilan Bertanya

a.       Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
Guru jarang mengaitkan topik dengan kehidupan siswa sehingga minat siswa kurang
b.      Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
Guru selalu memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
c.       Menggalakkan penerapan belajar aktif
Guru sudah menggalakkan penerapan belajar aktif.
d.      Merangsang siswa mengajukan pertanyaan
Guru sudah merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan, tetapi masih banyak siswa yang belum berani mengajukan pertanyaan.
e.       Menstruktur tugas siswa
Guru sudah menstruktur tugas siswa dengan baik.
f.       Melibatkan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
Guru kurang melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran
g.      Memberi kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan informasi yang diberikan
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan informasi yang diberikan melalui presentasi hasil kelompok
h.      Mendorong siswa mengembangkan proses berfikir
Guru sudah mendorong siswa mengembangkan proses berfikir.
i.        Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman/guru
Guru sudah mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman/guru.
j.        Memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi
Guru sudah memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi.
2
Ketrampilan Memberi Penguatan


a.       Penguatan verbal
(bagus/baik/hebat/setuju/ya/betul)
Penguatan verbal guru sudah baik. Guru melontarkan kata bagus/baik/hebat/setuju/ya/betul jika siswanya menjawab pertanyaan dengan benar.

b.      Penguatan gestural
(tepuk tangan/acungan jempol/anggukan/tersenyum)
Penguatan gestural guru sudah baik. Guru memberikan tepuk tangan, memberikan acungan jempol, mengangguk, dan tersenyum.

c.       Penguatan dengan sentuhan
(menepuk pundak/menjabat tangan/menguasap rambut/dsb)
Penguatan dengan sentuhan guru sudah baik. Guru menepuk pundak, menjabat tangan, mengusap rambut, dan sebagainya.

d.      Penguatan dengan memberi penghargaan (melatih teman/
Penguatan dengan memberi penghargaan guru sudah baik. Jika siswa berani menjawab pertanyaan guru, siswa diberi penghargaan berupa tepuk tangan dan terkadang membagikan permen.

e.       Penguatan berupa tanda
(komentar/hadiah.
Penguatan berupa tanda guru sudah baik. Guru memberikan komentar yang baik (pujian) jika siswanya menjawab pertanyaan dengan benar.
3
Mengajar kelompok kecil/perorangan
Guru tidak mengajar kelompok kecil/perorangan, melainkan mengajar secara klasikal, dengan sepenuhnyaceramah.
4
Ketrampilan Menjelaskan


a.       Kejelasan ucapan
Guru sangat jelas dalam melafalkan materi

b.      penggunaan contoh/ilustrasi
Guru bisa mengaitkan contoh dalam kehidupan sehari-hari

c.       pemberian tekanan informasi
Guru sering mengulang informasi-informasi penting dari apa yang sudah diajarkan

d.      penggunaan balikan
Guru merespon apa yang dikatakan siswa
5
Membuka dan menutup pelajaran
Guru ketika membuka dan menutup pelajaran sudah baik

a.       Membuka pelajaran
Guru membuka pelajaran dengan mengaitkan materi yang sudah dipelajari dengan materi yang akan diajari

1)      menarik perhatian siswa
Guru menarik perhatian siswa

2)      menimbulkan motivasi
Guru jarang memotivasi siswa.

3)      memberikan acuan
Guru sudah memberi target yang harus dicapai siswa

4)      membuat kaitan
Guru sering mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari

b.      Menutup pelajaran


1)      meninjau kembali
Guru sering memberi pertanyaan guna mengetahui kemampuan siswa dari apa yang sudah diajarkan guru

2)      mengevaluasi
Guru memberikan evaluasi ringan dengan cara memberi pertanyaan di akhir pembelajaran
6
Membimbing diskusi kelompok
Guru jarang membuat diskusi kelompok besar, lebih sering dengan teman sebangku

a.       memusatkan perhatian siswa pada topik diskusi
Guru mampu memusatkan perhatian siswa pada topik yang sudah ditentukan

b.      Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
Guru segera meluruskan pendapat atau usulan dari siswa

c.       Menganalisa pandangan/pendapat siswa
Mendiskusikan secara klasikal tentang pendapat siswa

d.      meningkatkan usulan siswa
Guru sering menyuruh siswa untuk  mengemukakan pendapat

e.       menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Dengan guru sering membuka

f.       menutup diskusi
Sudah dilakukan
7
Mengelola kelas
Ketrampilan guru dalam mengelola sangat baik, siswa juga patuh terhadap guru.

a.       Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
Memusatkan perhatian ke guru, guru juga sering menegur dan memarahi siswa apabila siswa ramai sendiri dengan temannya

1)      Menunjukkan sikap tanggappan
2)      Membagi perhatian baik secara verbal maupun visual
Guru menanggapi ketika siswa bertanya atau mengemukakan pendapat.
Guru lebih banyak memberikan perhatian secara verbal.

3)      Memusatkan perhatian kelompok
Guru memusatkan perhatian ke guru

4)      Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru menjelaskan secara detail

5)      Menegur
Guru sering menegur siswa apabila asik main sendiri

6)      Memberi penguatan
Guru memberi penguatan setelah selesai pembelajaran

b.      Pembalikan kondisi belajar yang optimal


1)      Modifikasi perilaku
Sudah ada

2)      Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok
Guru tidak pernah mengelompokkan siswa.

3)      Memelihara kerjasama
Sudah dilakukan

4)      menemukan dan memecahkan masalah tingkah laku yang menimbulkan masalah
Guru sering memberikan solusi apabila ada siswa yang menimbulkan masalah. Misalnya guru menegur siswa.
8
Mengadakan variasi


a.       Variasi cara mengajar
Guru jarang menggunakan media/alat peraga

b.      Menggunakan media/alat pengajaran
Guru jarang menggunakan media atau alat peraga

c.       Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Guru jarang menggunakan pola interaksi

B.            Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar
Setelah identifikasi siswa langkah selanjutnya adalah melokalisasi letak dan jenis kesulitan belajara. Yang dimaksud melokalisasi letak kesulitan belajar  yakni  langkah penentuan kesulitan dalam mata pelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan  mana yang tidak mengerti oleh siswa Fauzi (2013).
Dan dalam hal ini, siswa yang diamati mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru terutama pada mata pelajaran matematika. Kesulitan itu tidak hanya dalam satu mata pelajaran melainkan hampir seluruh mata pelajaran.Siswa tersebut mengalami kesulitan belajar jenis“Slow Learner “ yaitu siswa semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat atau dapat dikatakan proses perkembangannya lambat. Siswa tidak mampu menyelesaikan pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah ditetapkan.Mereka membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan siswa lain Darsono (2000:41).
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari hasil nilai MID Semester siswa yaitu sebagai berikut:
No.
Mata pelajaran
KKM
Nilai
1.
PKN
75
75
2.
B. Indonesia
75
77
3.
MTK
75
75
4.
IPA
75
45
5.
IPS
75
56
6.
B. jawa
75
76

C.           Melokalisasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar 
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui kesulitan belajar siswa terjadi karena beberapa faktor berikut.
1.      Faktor internal
a.         Perhatian  siswa terhadap materi yang dipelajari kurang, sehingga membuat siswa lebih senang bermain.
b.         Minat dan motivasi  belajar siswa rendah karena pembelajaran yang disajikan kurang menarik.
c.         Siswa yang sangat hiperaktif dan tidak bisa diam di tempat duduknya.
d.         Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar.
2.      Faktor eksternal
a.         Faktor keluarga, kedua orang tua siswa sudah bercerai dan merantau ke luar kota. Siswa tinggal bersama neneknya yang  bekerja sebagai petani. Dengan pekerjaan neneknya yang setiap hari pergi ke sawah membuat siswa kurang mendapatkan perhatian dan tidak pernah diajari atau dibelajari oleh orang terdekat saat di rumah.
b.         Faktor sekolah:
1)      Pembelajaran yang berlangsung tidak menarik.
2)      Guru hanya menggunakan metode ceramah saat pembelajaran.
3)      Jarang menggunakan media yang menarik dan membuat siswa aktif.
D.           Menetapkan Proses Pemecahan Kesulitan Belajar
Berdasarkan analisis kesulitan belajar yang telah dilakukan, maka ditetapkan langkah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yaitu dengan melakukan pengajaran perbaikan satu kali atau dua kali dalam seminggu untuk materi pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa yaitu berupa:
1.      Mengajarkan kembali materi yang belum dimengerti atau dikuasai oleh siswa. Pendiagnosa melakukan pembelajaran dengan menerapkan model Auditory Intellectualy Repetition Penggunaan model ini diharapkan bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa saat di kelas, terutama siswa yang berkesulitan belajar.
2.      Memberikan latihan kepada siswa mengenai latihan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Melakukan pendampingan terhadap siswa yang berkesulitan, dengan menggunakan media konkret berupa esbatu, lilin, karet, dan pisang. Guru mendemostrasikan media tersebut untuk membangun pemahaman konsep materi terhadap siswa.. Sehingga siswa benar-benar memahami dan mampu mengerjakan soal baik dalam soal cerita maupun tidak. Serta memperagakan contoh soal dengan benda konkrit, karena dengan menggunakan benda-benda konkrit siswa lebih mudah untuk memahami soal. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal.
Selanjutnya memberikan informasi kepada :
a.       Siswa : tentang bagaimana cara belajar yang baik, tentang bagaimana pentingnya mengulang pelajaran dirumah, bagaimana pentingnya membaca buku karena semua jawaban atas tugas dan PR yang diberikan oleh guru ada didalam buku, tentang pentingnya keseriusan belajar didalam kelas, serta yang paling penting adalah rajin beribadah kepada Allah SWT, karena kunci keberhasilan itu adalah berusaha, berdoa, dan bertawakal. Selain itu memberikan memberikan motivasi/ penguatan kepada siswa tentang kemampuan yang dimilikinya sudah bagus, hanya saja perlu latihan dan belajar dengan teratur, sehingga anak menjadi bersemangat dalam belajar.
b.      Orang tua : Menginformasikan mengenai pentingnya meningkatkan perhatian terhadap belajar anak dan memberikan informasi bahwa orang tua sangat berperan penting bagi perkembangan anak dalam belajar, karena pendidikan yang pertama dan yang paling utama bagi anak adalah dalam lingkungan keluarga. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai cara menyikapi anak dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang dialami oleh siswa.
c.       Guru Kelas : memberikan informasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

E.            Pelaksanaan Pemecahan Kesulitan Belajar
Pelaksanaan pemecahan kesulitan ini telah diberikan, yaitu sebagai berikut :
1.      Kepada siswa
a.       Melakukan pengajaran perbaikan dengan mengajarkan kembali materi yang kurang/tidak dipahami oleh siswa. Dengan menggunakan media kongkrit  siswa akan lebih mudah dalam memahami materi, selain itu siswa bisa fokus dan memperhatikan karena adanya media yang menarik.
b.      Memberikan latihan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan kembali. Penulis telah membuat RPP (Rancangan pelaksanaan pembelajaran) mengenai materi yang telah diajarkan tersebut.
c.       Memberikan informasi kepada siswa tentang bagaimana cara yang baik seperti waktu belajar yang efektif.
d.      Memberikan informasi mengenai pentingnya mengulang pelajaran dirumah agar materi yang diterangkan oleh guru dapat diserap dan di ingat selalu.
e.       Memberikan informasi kepada siswa akan pentingnya belajar dengan serius di dalam kelas agar materi yang diberikan oleh guru dapat diserap dengan baik.
2.      Kepada orang tua siswa yaitu memberikan informasi kepada orang tua siswa agar lebih mengontrol lagi anaknya dalam belajar dan selalu mengingatkan anak untuk belajar dengan teratur dirumah, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar anak selalu bersemangat dalam belajar karena sebenarnya anak ini memiliki kemampuan dan motivasi yang bagus apabila dia diberikan semangat, dukungan, dan sokongan terutama dari orang tuannya, dan menciptakan suasana yang tenang dalam belajar.
3.      Kepada guru kelas yaitu memberikan informasi  tentang letak kesulitan belajar siswa, pada pokok materi mana siswa mengalami kesulitan dalam belajar

F.            Evaluasi dan Tindak Lanjut
1.      Evaluasi
Setelah dilakukan upaya mengatasi kesulitan belajar siswa, perlu adanya evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
a.       Siswa : setelah diberikan pengajaran perbaikan dan informasi tentang bagaimana belajar yang baik, serta media pembelajaran yang menarik anak mulai memperhatikan pelajaran yang diajarkan dan mulai mengerjakan tugas dengan benar.
b.      Orang tua : orang tua mulai mengubah sikap pada anaknya lebih mengontrol dan memperhatikan anaknya terutama dalam belajar membaca.
c.       Guru kelas : guru kelas lebih memperhatikan siswa dalam belajar dengan memberikan penjelasan ketempat duduk siswa ketika siswa tidak mengerti dengan materi yang dijelaskan.
2.      Tindak lanjut
a.       Kepada siswa : memberikan penguatan positif  berupa semangat dan dukungan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
b.      Kepada Orang tua : orang tua memperhatikan kebutuhan belajar anaknya, seperti menyuruh anak belajar dengan teratur setiap hari dan lebih memberikan motivasi kepada anaknya agar anak lebih bersemangat dalam belajar. Dan melatih anak dalam membaca agar ia bisa membaca dengan lancar.
c.       Kepada wali kelas : wali kelas diharapkan lebih memperhatikan siswanya ini dalam belajar sehingga dapat dicapai hasil belajar yang optimal serta menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih bersemangat dan aktif dari sebelumnya.

















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media pembelajaran. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik, yang dimana seorang guru dituntut dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi mengenai pembelajaran, karena pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola pembelajaran.
Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta  didik ini guru  harus dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi peserta didik dalam kesulitan belajar. Untuk mengertahuinya guru harus melakukan atau-tahapan dalam diagnosis yaitu: Mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar, Memahami sifat dan jenis kesulitan belajarnya, Menetapkan latar belakang kesulitan belajar, Menetapkan usaha-usaha bantuan, Pelaksanaan bantuan dan Tindak lanjut.
Berdasarkan observasi di SDN Langenharjo 01 Pati mengalami kesulitan belajar, sebagai berikut  :
1.        Di kelas V SDN Langenharjo 01 terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar yang bernama Rifki Hidayatullah.
2.      Siswa mengalami kesulitan belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Perubahan Sifat benda 4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses, 4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
3.      Faktor utama yang menyebabkan kesulitan belajar yang dialami oleh Alaika yaitu Siswa sulit untuk memahami pelajaran matematika lebih spesifiknya dalam soal, Siswa lebih suka mengajak teman satu kelompoknya untuk berbicara dan bermain dengan temannya, Siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi, Guru dalam proses pembelajaran belum menggunakan media pembelajaran. Serta  faktor dari orang tua yang kurang perhatian dalam memotivasi anaknya.
4.      Solusi untuk mengatasi kesulitan belajar IPA Materi perubahan wujud benda  panjang yaitu dengan menggunakan media benda kongkrit.
5.      Setelah diterapkan media tangga satuan hasil belajar siswa meningkat dan melampaui KKM (tuntas).

B.                Saran
Dalam hal ini, proses pembelajaran guru hendaknya memperhatikan bagaimana cara pembelajaran yang diterapkan dapat meninngkatkan semangat siswa dalam proses pembelajaran. Dan dalam penyusunan laporan ini, Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan guna memperbaiki di masa yang akan datang. Penulis juga berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi saya atau pihak lain yang membacanya















DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun, (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Abdurrahman, Mulyono. 1999, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar.  Jakarta: Rineka Cipta.
Fauzi. 2013. Laporan Diagnosis. (http://fauzizdeslav.blogspot.co.id/2013/12/tugas-kuliah-laporan-diagnosis_26.html) diakses 25 Desember 2016 pukul 21.00 WIB.
Jamaris, M. 2014. Kesulitan Belajar: Prespektik, Asesmen, Dan Penanggulangannya Bagi Nanak Usia Dini Dan Usia Sekolah. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Muhibbin Syah, 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakrya.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers,2012)
Warkitri. 1999. Progam Pengembangan Lapangan. Jakarta: Universitas Terbuka.

 







Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Cari Blog Ini